Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia |
PROLOG:
Penjaga Khatulistiwa
“Kami akan tetap di sini,
menjaga untaian manikam khatulistiwa,
agar cantiknya selalu menyilaukan mata.”
(Wirasatriaji)
PENUTUP:
Manikam Nusantara
Mutu manikam Nusantara nan jaya
Kilau cahaya bindarkan semangat merdeka
:Tuhan, pada-Mu kami mendamba suaka
Keringlah airmata duka, bangkitlah Indonesia!
(Lathifah Edib)
Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia adalah proyek pertanggung jawaban moral. Audisi ini diikuti hampir 250 peserta dengan jumlah mendekati 400 naskah. Dan disaring menjadi 250 puisi yang ditulis oleh 130 penulis hebat. Siapaun yang ingin menyegarkan ingatan dan nasionalisme, wajib memiliki dan membaca Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia.
"...Di tengah
krisis nasionalisme dan patriotisme akibat dekadensi moral yang terjadi, nurani
ini bertanya, benarkah tak ada lagi kebanggaan pada Indonesia? Bicara kemelut
bangsa, kemerosotan moral, meningkatnya korupsi dan kriminalitas, kejahatan
terorganisasi atau kejahatan mendadak karena urusan perut (penjambret, pencopet,
dll), kita seakan lupa pada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Penduduk
yang penuh kasih, ramah tamah, dan berbudi seakan hanya ilusi dan mimpi.
Tetapi, Anda
akan terkejut membaca rangkaian kata-kata indah dalam Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia ini. Apapun dan bagaimanapun
keadaan Indonesia, rasa cinta dan bangga pada Indonesia tetap tak tergoyahkan.
Tetap berkibar dalam setiap sanubari anak-anak bangsa. Kekayaan alam dan budaya
adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis.
Apa yang
tersurat dalam syair-syair puisi ini adalah doa sekaligus harapan yang menunjukkan
besarnya rasa cinta dan bangga dalam diri para penulis sebagai bangsa
Indonesia. Kecintaan dan kebanggaan itu membuat mereka bertekad memberikan yang
terbaik, bahkan banyak tertulis sebagai janji untuk tetap setia dan menjaga
Indonesia. Jadi, jangan pernah ragukan nasionalisme dan patriotisme generasi
muda. Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia
adalah karya para penulis muda berbakat.
Membaca bait
demi bait, akan menggetarkan setiap sukma. Karena, janji atau doa yang tersurat
seakan mewakili apa yang kita rasakan. Keinginan memperjuangkan Indonesia
dengan karya nyata agar menjadi bangsa yang maju dan mandiri adalah tekad kita
semua.
013. LITANI UNTUK NEGERI
Andik Chefasa
Semua bersujud mengucap
doa untuk Bumi Pertiwi
Pun tiada lelah bait-bait
harapan telusuri pasti
Keterpurukan bukanlah
akhir
Mencintai negeri jadikan
awal untuk wujudkan mimpi
Waktu memainkan perannya
untuk sebuah rencana
Semua bersatu dalam doa,
memohon elok titian negara
Tentang perjuangan,
mengibarkan tinggi-tinggi bendera pusaka
Tentang harapan, merdeka
dalam kencana mulia
Hati selalu mendengar gema
riuh awak negeri
Sejenak lupakan kecam,
benci, dan dengki
Tengok jauh ke dalam
nurani
Genggam, rengkuh, peluk
damainya sunyi
Teriakkan keras-keras lalu
laju mendayu
Teriakkan keras-keras
dengan mengunci bibirmu
Panjat kuat-kuat hingga
mengharu biru
Semua berpadu, litani
akbar bangkitkan negaramu
Jauhkan benci
Bersatu….
Bersatu….
Cinta mati pada negeri!
023. MONOLOG CINTA DAN
BENDERA hal: 24
Anwar Noaka
1.
Di bawah naungan bendera
Aku tancapkan
tonggak-tonggak cinta
Sang Saka ruh utama anak
bangsa
Aku sepuh semerah
kibarannya
Aku basuh seputih
kepakannya
Bergerak dalam rangkaian
doa-doa
Sebab hanya ini sisa
perjuangan
Tongkat estafet dari para
pahlawan
Jiwa-jiwa terbaring yang
tak pantas diabaikan
2.
Bila engkau memilih
menutup pintu hati
Aku akan tetap berkarib
nurani
Di sisi Ibu yang tak akan
kurelakan mati
Direnggut paksa: mental ironi,
tangan elegi!
135. WAJAH NUSANTARA
May Valentine
Hamparan sejarah tersusun
tanpa kata
Pada patriot yang gugur
tak sempat kutitipkan doa
Sajak nasionalisme
terkikis di tiap sudut kota
Riuhnya hanya sebatas suka
Wajah-wajah miris,
menangis tragis
Mencari warna emas di
pelosok negeri, kami pun berderai lagi
Saatku dulu, bumiku
terhampar padi yang sekuning itu
Saatmu kini, terpapar
gedung tinggi mencengkeram bumi
Nusantara telah berganti
Wajahnya tak sepolos
zamanku tempo itu, memang telah
terpoles sebuah reformasi
Entah seperti apa pun
topeng potretmu, Negeriku
Akan berubah mengikuti
lajunya sang waktu
Tetap saja Indonesia
adalah seluas Nusantara
Negara kepulauan yang
termahsyur namanya
Belahan bumi tersempurna
yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita
Dengan segala keragaman
Menyatu dalam perbedaan
Bersama menjalin indahnya
kebinekaan
234. KARENA SELURUH AKU: MILIKMU
Veronica B. Vonny
Terlahir di sini—di negerimu yang indah
: Keturunan leluhur dari Negeri Sutra.
Tetapi, siapa namanya dan keturunan keberapa? Entah.
Dari Tiongkok bagian mana persisnya? Entah.
Kapan pertama bermigrasi ke sini? Lebih entah.
Kedua omaku saja sudah tak bisa bahasa sana;
Cuma tahu Melayu Pasar campur Betawi dan Jawa.
Olalaaa….
Imlek, Cap Go Meh, Peh Cun, Ceng Beng, Tiong Ciu Phia.…
Sekadar ikutan selebrasi ketika oma-oma masih ada,
Tak sepenuhnya ‘ku mengerti dan kuhayati maknanya.
Kenal bahasa Mandarin baru saat kuliah.
Itu pun tak pernah lancar juga;
Dengan Mandarin Glodok jauh berbeda—
Ups, ini pun hanya cepek-goceng-noban ngertinya!
Tetapi: kulit kuning, mata sipit, didiskriminasi kaum
fanatik!
Krisis identitas!
Namun, mau ke mana dan mau apa?
Terima dan syukuri saja.
Negeri leluhurku, hanya negeri antah-berantah.
Lahirku di sini. Matiku pun bakal di sini: Indonesia.
Ya, kau bukan hanya separuhku—kau seluruh cintaku.
Karena seluruh aku: milikmu.
13.01.13
Untuk pembelian buku:
Bisa inbox Veronica B
Vonny atau Penulis dan
Sastra
Harga Rp. 55.000 belum termasuk ongkos kirim
Transfer ke
Rekening bank mandiri an: Elisa Koraag :
155 00 03786871
Konfirmasi dan Bukti transfer di kirim ke
inbox Penulis dan Sastra
0 komentar:
Posting Komentar