Pedih. Meski senyum kusunggingkan di hadapan mereka. Walau aku selalu mengangguk ketika diminta untuk tabah, tetap saja hati ini terasa amat pedih. Hanya tiga hari menjelang ujian nasional, aku mendapat kabar abahku meninggal dunia. Segera kutinggalkan asrama untuk menuju rumahku yang terletak di Cibiru, Bandung.
- Selepasnya,
tak sedikit pun aku mampu beronsentrasi untuk belajar lagi. Yang
terpikir hanya bayangan saat terakhir kali aku menghabiskan waktu
bersama Abah. Saat itu kami banyak bercanda, banyak pula berdiskusi
untuk menentukan tempat kuliah yang tepat. Ya, Allah, sungguh dada ini
terasa sesak mengenangnya.
- Sehari
sebelum ujian, aku kembali ke asrama meski sebenarnya aku masih ingin
menemani Ummi yang tengah berduka. Sorenya, kucoba untuk membuka buku
berisi soal-soal UN. Huft..., hanya dua menit saja aku tahan mengerjakan
soal latihannya. Selebihnya, kuempas saja buku itu di atas meja
belajar. 'Tuk mengusir jenuh, kucoba membolak-balikkan majalah islami
yang terletak tak jauh dari bukuku. Mataku terarah pada satu halaman
yang bertuliskan nama Rumaisha. Itu kan namaku. Penasaran, aku pun iseng
membaca tulisan yang bertuliskan nama yang sama denganku itu.
Di situ dikisahkan sosok Rumaisha atau Ummu Sulaim. Ketika ia mengetahui putranya meninggal karena sakit, ia tetap berusaha menabahkan dirinya. Ia pun menyadari suaminya pasti akan sangat terpukul dengan kejadian itu. Demi menjaga hati suaminya, ia sengaja menghidangkan makanan, memakai wewangian, dan mempercantik diri. Lantas, malam itu pun ia melakukan hubungan intim bersama suaminya. Setelah melihat suaminya tenang dan bahagia, Rumaisha baru memberitahukan meninggalnya sang putra.
“Subhanallah.” Aku berdecak kagum. Rumaisha, sahabat Rasulullah yang bernama sama denganku itu, ia sanggup menggembirakan suaminya begitu rupa padahal hatinya pun pasti sedih mendengar kabar kematian putranya. Namun, Rumaisha masih sanggup membahagiakan suaminya agar ia tak begitu merasakan kepedihan.
Membaca kisah itu, sungguh membuat semangat di dalam hatiku kembali terlecut. Aku ingin berusaha tetap tegar dan berkonsentrasi belajar agar dapat lulus UN dengan nilai memuaskan. Tiap kali bayangan abah muncul, aku kembali teringat pada sosok Rumaisha. Aku ingin terus belajar, aku harus semangat. Aku harus bisa membuktikan kesedihan hatiku takkan mampu membuatku patah semangat. Sebab aku adalah Rumaisha, gadis tegar yang penuh semangat! - Gemintang Halimatussa'diah Batubara-Naskah ini pemenang Quizania di grup Pedas 20-21 April 2013.
0 komentar:
Posting Komentar