Secara etimologis, kata kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata krinein
(menghakimi, membanding, menimbang). Kata krinein menjadi bentuk dasar
bagi kata kreterion (dasar,
pertimbangan, penghakiman). Orang yang melakukan pertimbangan/penghakiman disebut krites yang berarti hakim.
Bentuk krites inilah yang
menjadi dasar kata kritik.
Secara harafiah, kritik sastra adalah
upaya menentukan nilai hakiki karya
sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan
kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman
dan penafsiran yang sistemik.
Jenis kritik Sastra
Menurut bentuk
- Kritik Teoritis
- Kritik Terapan
Berdasarkan
Pelaksanaan
- Kritik Judisial
- Kritik Induktif
- Kritik Impresionistik
Berdasarkan
Orientasi Terhadap KaryaSastra
- Mimetic criticism
- Pragmatic criticism
- Expresive criticism
- Objective criticism
Pengertian kritik sastra di atas
tidaklah mutlak ketetapannya, karena sampai saat ini, belum ada kesepakatan secara
universal tentang pengertian sastra. Namun, pada dasarnya kritik sastra
merupakan kegiatan atau perbuatan mencari serta menentukan nilai hakiki karya
sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan kritikus dalam
bentuk tertulis.
Analisis merupakan hal yang sangat
penting dalam kritik sastra. Sebagaimana Jassin dalam Pengkajian Sastra
menjelaskan bahwa kritik sastra ialah baik buruknya suatu hasil kasustraan
dengan memberi alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya.
Dengan demikian, kritik sastra adalah
kegiatan penilaian yang ditunjukkan pada karya sastra atau teks. Namun, melihat
kenyataan bahwa setiap karya sastra adalah hasil karya yang diciptakan
pengarang, maka kritik sastra mencakup masalah hubungan sastra dengan kemanusiaan.
Namun, sasaran utama kritik sastra adalah karya sastra atau teks tersebut dan
makna bagi krtikus tersebut, bukan pada pengarangnya. Seorang kritikus sastra
mengungkapkan pesan dalam satu bentuk verbal dengan bentuk verbal yang lain,
mencoba menemukan pengalaman estetis persepsi tentang realitas yang hendak
disampaikan oleh pengarang. Pengamatannya terhadap cara penggunaan bahasa,
terhadap kode-kode bahasa yang digunakan.
Dalam hal ini, tampak adanya hubungan
antara liguistik dengan kritik sastra. Dimana bagi seorang linguistik, kode itu
sendiri dan cara kode dibangun didalam teks yang menjadi perhatian utamanya.
Baginya makna itu penting jika dapat menjelaskan bagaimana kode-kode itu
dibentuk.
Perlu dipahami, perspektif dalam kritik
sastra bukanlah pendekatan. Ia bukan alat analisis. Ia masuk kategori model
penilaian. Dalam kritik sastra, ada tiga jenis penilaian, yaitu penilaian
absolut, relatif, dan perspektif. Penilaian absolut dipengaruhi positivisme
ketika perkembangan ilmu pengetahuan alam menggiring penilaian pada perkara
benar atau salah. Penilaian relatif didasarkan pada impresi kritikus. Oleh
karena itu, sepuluh kritikus akan menghasilkan sepuluh penilaian. Ada pun
penilaian perspektif menekankan pada berbagai kemungkinan lain ketika satu
pendekatan dengan teori tertentu, tidak sesuai dengan unsur intrinsik karya
yang diteliti. Melalui penilaian perspektif inilah kekayaan teks
digali-diungkap. Dari situlah pendekatan baru ditawarkan; teori baru dapat
dirumuskan berdasarkan teks yang bersangkutan.
Mengenai definisi kritik sastra, kita
akan sia-sia menemukannya. Yang ada adalah rumusan glosarium yang menjelaskan
tentang itu. Sejak Plato dalam Republic menerapkan teori sastra sebagai
alat analisis atas puisi-puisi Homerus, lalu Aristoteles melengkapi dalam
karyanya, Poetica, dan terus bergulir sampai abad XX saat Paul Henardi
mempertanyakan kembali sebagaimana dinyatakan dalam judul bukunya, What is
Criticism? (Bloomington: Indiana University Press, 1981), tak ada satu pun
rumusan definisi kritik sastra yang mutlak, tahan uji, definitif, dan berlaku
universal. Yang muncul adalah simpang siur pemikiran tentang kritik sastra;
bagaimana ia menjalankan fungsinya, mendasari pendekatannya, dan mengembangkan
teori kritik sastra (theoretical criticism) yang representatif. Muaranya
berkutat pada tiga bidang kegiatan, meliputi teori sastra (literary theory),
sejarah sastra (literary history), dan kritik sastra (literary criticism).
Objek kajiannya pengarang-teks-pembaca. Belakangan, kajiannya melebar:
memasukkan penerbit sebagai bagian dalam sistem produksi dan reproduksi, bahkan
juga dengan sistem patronasi.
Penting dipahami: hakikat kritik sastra
adalah penilaian. Di dalamnya melekat apresiasi. Jadi, bukan perkara pujian dan
hujatan, melainkan elusidasi dan eksplanasi yang meliputi deskripsi,
interpretasi, analisis, dan evaluasi.
NB: Kritik sastra sebagai salah satu
disiplin ilmu tentunya mempunyai bahasan yang sangat luas. Artikel ini hanya
sepenggal bahasan tentang bidang tersebut. Untuk mendapatkan referensi dan
kajian yang lebih mendalam dan komprehensif Anda bisa memperolehnya melalui
buku-buku yang membahas tentang kritik sastra. [-Admin]
Author: eL-Hasanovsky
Sumber:
- - http://alhaqir.multiply.com
- - Pikiran Rakyat:
31 Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar